FESTIVAL PAMALAYU JILID DUA AKAN SEGERA DIGELAR

Editor : Meza GN

DHARMASRAYA,( ) – Sejarah tidak hanya menjadi bagian untuk mengkaji kisah di masa lalu. Akan tetapi lebih dari itu, sejarah dapat dijadikan sebagai pelajaran, kebajikan, motivasi serta inspirasi masa kini dan di masa depan. Banyak peristiwa yang meski terjadi ratusan atau bahkan ribuan tahun lalu masih relevan dinapaktilasi untuk diambil hikmahnya oleh gerenasi-generasi sesudahnya.

Salah satu sejarah yang masih memiliki kolerasi di masa kini adalah peristiwa yang dipelopori Prabu Kertanegara dari Kerajaan Singosari pada tahun 1275–1286, untuk menyatukan Nusantara melalui sebuah ekspedisi. Oleh para sejarawan peristiwa itu kemudian dikenal sebagai Ekspedisi Pamalayu.

Hikmah yang paling urgen dari Ekspedisi Pamalayu tentu saja adalah unifikasi seluruh potensi yang ada di Nusantara terutama kekuatan kerajaan di pulau Jawa dan di pulau Sumatera (Malayu) untuk membendung ekspansi Kerajaan Mongol yang membabat habis seluruh daratan Asia bahkan Eropa saat itu.

Diksi unifikasi ditonjolkan disini karena sesungguhnya filosofi yang diinginkan Prabu Kertanegara melalui peristiwa itu adalah persahabatan dan persaudaraan agar seluruh bangsa Nusantara bersiap secara bersama menghadapi upaya penaklukan dari kaum Mongol yang terkenal barbar itu. Argumentasi bahwa Ekspedisi Pamalayu bukanlah sebagai ekspansi dapat dibuktikan dengan Arca Amoghapasa, yang dikirimkan Singosari untuk di tempatkan di Dharmasraya yang saat itu berjaya sebagai kekuatan utama di Pulau Swarnabhumi sebagai tanda mata.

Prasasti Padangroco, tempat dipahatkannya Arca Amoghapasa menyebutkan bahwa arca tersebut adalah hadiah persahabatan dari Maharajadhiraja Kertanagara untuk Maharaja Tribhuwanaraja (Raja Dharmasraya).

Prasasti Padangroco juga menyebutkan bahwa Arca Amoghapasa diberangkatkan dari Jawa menuju Sumatera dengan diiringgi beberapa pejabat penting Singosari di antaranya Rakryan Mahamantri Dyah Adwayabrahma, Rakryan Sirikan Dyah Sugatabrahma, Payaman Hyang Dipangkaradasa, dan Rakryan Demung Mpu Wira. Keberangkatan beberapa pejabat penting dari Singosari untuk mengawal hadiah dari Sang Maharaja tentu merupakan signal soft diplomations yang jauh dari kesan penaklukan.

Jika dihubungkan dengan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia dan isu-isu kekinian, Sejarah Ekspedisi Pamalayu tentu saja masih sangat relevan untuk menggelorakan semangat persatuan bangsa. Hal inilah yang menjadi dasar Sutan Riska Tuanku Kerajaan, Bupati Dharmasraya, yang merupakan salah satu raja di Tanah Malayu Dharmasraya saat ini, bersama sejumlah pihak menggagas sebuah napaktilas peristiwa penting itu pada Agustus 2019 sampai Januari 2020 yang lalu.

Tak dinyana, acara yang bertajuk Festival Pamalayu itu, yang awalnya dipandang skeptis oleh segelintir pihak, ternyata alek budaya tersebut dengan luar biasa mampu menyedot animo publik. Topik Pamalayu menjadi trending di ruang-ruang diskusi, baik di dunia nyata dan apalagi di jagat maya. Ribuan orang dari berbagai daerah mengunjungi Dharmasraya dan pusat kegiatan di Komplek Candi Pulau Sawah Nagari Siguntur Kecamatan Sitiung untuk mengikuti seluruh rangkaian kegiatan.

Iven ini meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap budaya, peninggalan purbakala secara fisik maupun nilai-nilai mulia para leluhur. Atraksi budaya mampu menjadi medan magnet masyarakat. Nilai-nilai luhur menjadi penelitian dan dikaji baik oleh ilmuwan maupun masyarakat awam. Berbagai tulisan ilmiah pun bermunculan baik di jurnal, media massa ataupun dalam bentuk buku.

Tidak hanya itu, secara ekonomi Festival Pamalayu juga mampu menjadi peluang yang luar biasa bagi pelaku usaha, khususnya UMKM. Banyak sektor ikut bergairah dengan adanya iven budaya yang diyakini sebagai yang terbesar dalam beberapa dekade terakhir. Ribuan produk marchendise hasil karya anak Dharmasraya laris manis diborong pengunjung. Tak ketinggalan produk-produk kuliner khas Dharmasraya juga makin dikenal di dunia luar.

Selain itu, pelaku usaha disektor pariwisata, seperti perhotelan, rumah makan dan restoran juga ikut ketiban rezeki. Dengan banyaknya kunjungan ke Dharmasraya, okupansi kamar Hotel saat momen tersebut selalu di atas 90 persen. Rumah-rumah makan dan restoran juga selalu ramai.

Luar biasanya, nilai transaksi terkait Festival Pamalayu ditaksir mencapai Rp 20 Miliar. Padahal biaya kegiatan yang dialokasikan hanya sekitar Rp. 2 Miliar. Dan tentu saja nilai yang tidak terhingga adalah kemashuran Dharmasraya pada masa lalu dan perkembangan pesatnya masa kini telah menyebar ke seantero negeri.

Tingginya antusiasme publik terhadap Festival Pamalayu serta cerita sukses penyelenggaraannya ternyata telah menjadi perhatian petinggi negara. Bahkan Presiden Joko Widodo melalui Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko-pun menyampaikan apresiasi khusus kepada Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan beserta seluruh aktivis, budayawan, sejarawan, tokoh adat, jurnalis dan evant organizer yang turut serta mensukseskan kegiatan tersebut.

Atas dasar sukses gelaran pertama itu, Sutan Riska dan Pemerintah Kabupaten Dharmasraya sebetulnya ingin mengagendakan iven itu pada tahun berikutnya. Akan tetapi peristiwa Pandemi Covid-19 yang melanda dunia membuyarkan segalanya. Fokus pemerintah daerah lebih diarahkan kepada penanggulangan dampak Pandemi. Lagipun selama dua tahun belakangan pemerintah menganjurkan sosial distancing. Segala kegiatan yang mengundang keramaian disarankan untuk ditunda.

Tahun 2022 ini, setelah pelaksanaan vaksinasi dirasa sudah dapat membentuk herd imunity, Pemerintah Kabupaten Dharmasraya mewacanakan akan menghadirkan kembali Festival Pamalayu edisi ke dua. Tak tanggung-tanggung iven kali ini mendapat dukungan penuh dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Jika iven perdana hanya melibatkan Kabupaten Dharmasraya sebagai penyelenggara, maka tahun ini juga akan mengikutsertakan sejumlah kabupaten/kota sealiran Sungai Batanghari.

Penglibatan daerah-daerah lain di aliran Batanghari didasari karena sungai tersebut menjadi pusaran peradaban tanah Melayu semasa itu. Peristiwa Ekspedisi Pamalayu juga tidak terlepas dari peran besar Batanghari sebagai urat nadinya Pulau Swarnabhumi. Banyak bukti sejarah peradaban masa lalu yang ditemukan disepanjang aliran Batanghari yang layak diangkat kembali pada momentum Festival Pamalayu jilid 2 ini.

Adapun daerah-daerah yang akan ambil bagian adalah Kota Jambi, Kabupaten Muara Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Pemerintah Provinsi Jambi. Kemudian, selain Dharmasraya sebagai pelopor, di Provinsi Sumatera Barat juga akan dilaksanakan sejumlah kegiatan pendukung di Kabupaten Tanah Datar.

Atas rencana itu, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, melalui Direktorat Jenderal Kabudayaan mengundang Sutan Riska. Pertemuan dengan Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid digelar di Kantor BPCB Provinsi Jambi pada Rabu (23/02) guna membicarakan pematangan rencana kegiatan dimaksud. Turut hadir Gubernur Jambi Al Haris, budayawan Wenri Wanhar, Direktur Perfilman dan Media Baru, Ahmad Mahendra, Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi Agus Widyatmoko, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sumbar Novrial, Asisten Ekbang Kabupaten Dharmasraya, Yefrinaldi, Kepala Dinas Budaya, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Dharmasraya Sutan Taufik, Anggota DPRD Kabupaten Dharmasraya yang juga Raja Padang Laweh, Sutan Alif Tuanku Bagindo Sutan Muhammad, dan Sutan Hendri Bagindo Ratu Raja Siguntur.

Sebagai pelopor Festival Pamalayu, Sutan Riska tentu saja berbangga iven gagasannya berhasil masuk sebagai agenda Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Pasalnya kegiatan yang awalnya hanya diagendakan di Dharmasraya akan tetapi mampu menarik minat pemerintah pusat untuk dijadikan sebagai iven yang lebih besar dan komprehensif.

Dalam presentasi awalnya di depan Hilmar Farid, Sutan Riska dan Pemkab Dharmasraya yang bekerjasama dengan Langgam Productions berharap Festival Pamalayu episode kedua bisa memberi pengaruh yang lebih besar seperti sebelumnya terhadap isu yang sekarang sedang menjadi kecemasan.

“Festival Pamalayu episode kedua akan fokus mengangkat isu lingkungan. Di tengah ancaman krisis iklim, krisis pangan, krisis ekonomi dan krisis jati diri, perlu ada kampanye besar-besaran agar krisis tersebut bisa di atasi. Kegiatan akan kembali dihelat dalam kemasan edukatif, entertaint, dan atraktif”, ujar Sutan Riska.

Adapun rencana rangkaian acara Festival Pamalayu jilid 2 yang akan dilaksanakan di Kabupaten Dharmasraya meliputi lidar (drone), Seminar Arkeologi Pulau Sawah dan Padang Roco, drama musikal, arung pamalayu, rangkaian aktivasi area Tanah Datar, dan ekspedisi.

Kegiatan ini selain melibatkan pemerintah dan masyarakat secara umum, juga akan mengundang para jurnalis dan influencer. Dengan demikian diharapkan dapat membantu untuk memproduksi konten-konten menarik, demi menggemakan isu-isu yang di angkat ke seluruh penjuru nusantara.

Guna pematangan rencana kegiatan, Sutan Riska akan melaksanakan pertemuan lebih lanjut dengan Dirjen Kebudayaan, yang diagendakan pada bulan April 2022 di Kabupaten Dharmasraya.

MARI BERSIAP, BERSAMA KITA BUAT GERAKAN BESAR UNTUK PERUBAHAN YANG LEBIK BAIK DEMI MASA DEPAN BUMI DAN SEISINYA. SELAMAT DATANG FESTIVAL PAMALAYU EPISODE DUA DENGAN TEMA KESELARASAN ALAM RAYA. (dlooyd)

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.