Dugaan Pungli di Rutan Padang Mulai Terendus

Editor : De Ola

Padang, (JMG) – Sepandai – pandai menyimpan bangkai, suatu saat pasti akan berbau juga. Hal inilah yang diduga terjadi di Rumah Tahanan Kelas II B Padang yang terletak di Anak Air Kota Padang Provinsi Sumatera Barat.

Terendusnya bermacam dugaan pungutan liar di Rutan kelas II B Padang itu setelah adanya nyanyian dari beberapa warga binaan dan salah satu oknum petugas rutan tersebut. Dugaan pungli dimulai dari biaya pindah kamar bagi warga binaan baru yang akan pindah dari Sel mapenaling ke kamar. Nominal biaya yang diminta oknum petugas bervariasi.

Setelah itu, biaya tebusan handphone yang disita atau tertangkap tangan oleh petugas rutan harus ditebus dengan uang 1-2 juta per hp. Bila tidak mau bayar, maka warga binaan akan diancam masuk seltrap.

Tak hanya itu, jika diadakan test urin untuk warga binaan, apabila didapati warga binaan positif narkoba maka diancam akan di selkan atau dipindahkan ke lapas narkotika Sawahlunto. Jika tak mau disel dan dipindahkan, warga binaan diminta membayar sampai puluhan juta rupiah .

Bukan itu saja, info dari sumber JMG, bila ingin bebas memakai handphone didalam rutan, para warga binaan harus setor sejumlah uang kepada salah seorang oknum petugas rutan.

Dugaan pungli juga terjadi disaat mereka akan bebas. Mereka kembali mengalami pemerasan dari oknum petugas.

Pengurusan PB dan CB bagi warga binaan yang akan bebas, diduga dipungut biaya Rp. 3 juta sampai Rp. 7 juta untuk pengurusan. Kemudian, pemindahan tahanan yang telah putus sidang juga membayar kalau tidak ingin dipindahkan jauh dari Kota Padang.

Menurut keterangan salah seorang mantan warga binaan Rutan Padang yang minta namanya dirahasiakan, dirinya mengalami tekanan keuangan dari oknum petugas saat berada di Rutan Padang.

” Banyak bayaran yang harus dikeluarkan untuk meringankan hari-hari saya menjalani kehidupan di dalam rutan. Semua pelanggaran yang dilakukan didalam rutan itu, selalu berimbas kepada uang. Bila tidak mau bayar, maka akan masuk seltrap atau dipindahkan ke tempat lain. Tak hanya itu, untuk mengurus pulang saja, saya tetap mengeluarkan uang kepada oknum petugas Pelayanan Tahanan”, ujarnya.

Ditambahkannya, semua didalam rutan itu harus bayar. Tidak ada yang gratis. Bahkan jika kita mau makan yang layak, harus beli sambal dikantin dulu sebab sambal yg disediakan rutan sangat tak manusiawi, sebutnya kepada JMG.

Hal yang sama juga dibenarkan oleh salah seorang keluarga warga binaan. Dirinya harus merogoh sejumlah uang agar anaknya bisa bebas memegang handphone didalam rutan. Bahkan awal masuk rutan dulu, anaknya juga dimintai sejumlah uang untuk sesuatu dengan alasan uang kamar.

” Saya tidak bohong. Bermacam pungutan biaya terhadap warga binaan, itu bukan rahasia umum lagi. Saya berharap kedepannya Rutan Padang ini bebas dari segala macam pungutan liar”, tutupnya.

Pernyataan yang mirip juga disampaikan salah seorang petugas Rutan Padang kepada JMG yang minta namanya dirahasiakan. Menurut sumber itu, info yang didapat JMG itu banyak benarnya.

“Segala sesuatu didalam rutan itu diukur dengan uang. Bila ada uang, semua bisa aman. Tapi bila tak ada uang, siap- siaplah warga binaan itu mendapat sanksi dari petugas rutan”, ujarnya.

Untuk keberimbangan pemberitaan, JMG mencoba mengkonfirmasi kepada Galogo Sakti selaku Kepala Pengamanan Rutan (KPR) dan Boby Lukita Hasibuan Kasubsi Pelayanan Tahanan (Yantah) melalui pesan WA. Galogo serta Boby mengajak JMG untuk ketemu Jumat (19/4) di Lapas Muara Padang sebab saat itu ada kunjungan Dirjen PAS di Lapas Padang.

Setelah menunggu hingga maghrib datang, konfirmasi tak didapat JMG. Sebab Galogo dan Boby tak bisa ditemui.

Konfirmasi dilanjutkan dengan mendatangi kantor Rutan kelas II B Padang, Sabtu (20/4). Menurut keterangan salah seorang petugas piket rutan, Galogo dan Boby tidak berada dirutan.

” Maaf Pak. Semua pejabat yang ada disini lagi acara diluar. Mulai dari Karutan, KPR dan Kasubsi Yantah tidak berada ditempat. Kebetulan ada kunjungan dari Pusat”, kata salah seorang petugas piket penjaga.

Selang satu jam kemudian, sekitar pukul 11.00 Wib, Boby Kasubsi Yantah menghubungi JMG. ” Maaf Pak Heri. Saya lagi sibuk diluar saat ini terkait kunjungan dari Pusat. Lagi pula yang Pak Heri tanyakan itu, saya tidak punya kewenangan untuk menjawab. Coba tanya ke Galogo selaku KPR”, kata Boby kepada JMG via Selulernya. (Heri/Nas)

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.