Dalam Suasana Covid-19 Budidaya Entok Tetap Berjalan Lancar

Editor : Supani

Jepara (JMG) – Eka Kurniawan mulai geluti budidaya entok sejak 2019. Seorang pemuda asal Kepel Buarang, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, sukses membudidayakan entok hias. Hal tersebut disampaikan kepada awak media di tempat usahanya pada, Selasa (25/10/2022).

Eka mengaku, berawal saat 2017 pihaknya bertenak bebek bertelur. Namun, pembesaran dari enol sampai berhasil menghasilkan telur ia rasa kurang pas dengan hasil yang di dapat.

“Kapasitas saya 700 ekor, dan saya hitung ngak masuk. Terus, waktu itu (2019) saya ketemu teman dan di sarankan untuk berternak entok hias,” ungkap Eka, salah satu peternak entok milenial itu.

Tidak tanggung-tanggung, entok hias yang ia budidayakan bahkan terdapat 4 jenis. Yaitu, Rambon, Jumbo, Jali, dan Bondol kaji.

Selain itu, 4 jenis entok hias yang berhasil dikembangkan di rumahnya juga diadopsi dari kota yang berbeda-beda.

“Kalo untuk XXL (Jumbo) itu dari Jawa Timur, Rambon dari Jawa Barat, Jali dari Jogja, dan Bondol Kaji Semarang,” kata pemilik peternak budidaya entok hias Kandang buyut wiro itu.

Dari 4 jenis entok hias yang berhasil di budidayakan, lanjutnya, paling diminati yaitu jenis Minti (model Rambon) atau yang kecil. Berdasarkan usia 1-7 hari, dapat di jual dengan harga 25 per-ekor.

“Kalo yang model silangan, biasanya 15 ribu per-ekor. Silanganya bisa jali dan lainya. Kalo yang XXL (Jumbo), itu saya jual 25 ribu per-ekor. Sedangkan model jali, 50 perekor,” teranya.

Satu Minggu, Menetaskan 3 Indukan Entok
Sedangkan untuk total keseluruhan yang berhasil di budidaya, terdapat 75 indukan. Untuk satu induk entok hias, dapat menghasilkan minimal 10 butir telur.

“Terus, biasanya itu kan, saya ada 7 plong (ruangan), setiap plong, saya kasih jantan 1 dan bentina 5 atau kadang bisa sampai 7,” terangnya.

Lebih lanjut, dalam kurun waktu satu Minggu, ia bisa menetaskan 3 indukan entok hias. Sedankan untuk penjualan, perminggu dapat menjual sekitar 50 entok hias.

Sedangkan untuk pakan ternak dan minuman yang di berikan, imbuhnya, ia dapat menghabiskan 1 kilo makanan ternak selama 24 jam untuk 10 indukan.

Selain itu, Minumanya ia menggunakan pobiotik agar kotoran yang di keluarkan tidak berbau menyengat.

“Pakannya fermentasi, pakai jagung, lipur, dan katul yang difermentasi. Soal minuman pakai pobiotik, dari awal juga sudah memakai itu,” tutupnya. (Sugianto)

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.