Berusia 2 Abad, Kesenian Gandang Tigo Diusulkan Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Editor : De Ola

Agam, (JMG) – Di Kabupaten Agam Sumatera Barat, masyarakat lokal memiliki festival kesenian daerah bernama Gandang Tigo. Alat musik yang dimainkan warga Tabek Panjang itu merupakan alat musik khas yang usianya dua abad.

Rombongan ibu menjunjung nampan berisi makanan, sekarung beras, dan menjinjing teko berisi air lengkap dengan gelasnya saat memamerkan tradisi ‘ma-anta’ yang bermakna mertua mengantar padi yang baru dipanen ke rumah menantu. Setidaknya ada 40 kelompok warga, mulai dari kelompok sekolah taman kanak-kanak, utusan instansi hingga paguyuban sanggar seni berpartisipasi dalam festival pentas seni nagari.

Nagari Tabek Panjang Dony Suhendri mengaku kesenian gandang tigo sedang diusulkan menjadi warisan budaya tak benda asal kabupaten agam. Kini festival yang menampilkan adat budaya dan kesenian khas ini pun jadi tontonan favorit wisatawan lokal hingga wisatawan asing

Usai pawai kemudian bergiliran memamerkan seni dan budaya khas kampung masing-masing di halaman gedung pertemuan pasar Syarikat Baso. Salah satu kesenian yang ditunggu-tunggu adalah nama penampilan kesenian ‘gandang tigo’ yaitu alat musik pukul gendang kuno yang berusia nyaris 200 tahun atau dua abad sejak tahun 1800-an.Dimainkan 3 Musisi

Tiga orang pemainnya, masing-masing Ardilus Malin Batuah (63 tahun), lalu Irzal Sinaro nan Elok (58 tahun) dan Efrizal Sutan Marajo (67 tahun) merupakan pemain gandang tigo generasi keempat yang diturunkan dari nenek hingga pamannya. Mereka bertiga telah memainkan gandang tigo bersama-sama selama lebih kurang 45 tahun sejak baru tamat sekolah dasar.

Cerita nenek dulu adanya gendang ini sejak tahun 1800 sekian, lebih kurang 200 tahun. Pemainnya untuk saat ini cuma kami bertiga saja. Sudah kami coba alih generasi tapi belum terlihat ada yang berbakat. Kami ini generasi keempat, kami bertiga sudah 45 tahun memainkan ini bersama,” ucapnya. (Jhony)

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.