Solo Diantara Sebagai Basis PKI Dan Lokalisasi Silir

Editor : Mas pay

Solo ( JMG ) – Sosok ini pernah menjadi Walikota Solo merangkap sebagai mucikari dan sebaagai pendiri lokalisasi Silir.
Karena ulah tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI) ini, kamuflase PKI dibalik G30S terbongkar. Pada 2 Oktober 1965 pukul 18:00, Oetomo Ramelan menandatangani pembentukan Dewan Revolusi Kota Solo.

Perolehan suara PKI (Partai Komunis Indonesia) di Kota Solo ngat besar dan mendominasi. Sehingga bisa mengorbitkan kadernya menjadi seorang Walikota melalui mekanisme penunjukan DPRD.
Prestasi ini membuat partai berlambang palu arit ini berani memproklamirkan bahwa Kota Solo merupakan basis terkuat PKI.
Berbekal banyaknya kader dan simpatisan itu, Oetomo berani secara terang-terangan mendukung penuh G30S dan kemudian membentuk Dewan Revolusi Daerah. Lalu Oetomo juga menggerakkan massa underbouw PKI untuk melakukan pembersihan dan pembantaian terhadap lawan politiknya. Yang menjadi sasaran utama operasi pembantaian Oetomo Cs adalah Pondok Pesantren, karena selama ini dianggap merintangi agenda PKI yang bengis dan kejam ini.

Massa Lekra, BTI, Gerwani dikerahkan untuk membinasakan orang-orang yang dicap sebagai antek-antek Dewan Jenderal.
Sepak terjang Oetomo yang mendorong DN Aidit dan Lukman datang ke Kota Solo, karena saat itu tindakan Oetomo dianggap membahayakan keselamatan PKI yg sejak awal menggunakan strategi kamuflase dibalik G30S.

PKI masih mengesankan bahwa G30S merupakan konflik internal TNI AD.
Bukannya mengikuti arahan, Oetomo justru meyakinkan Aidit dan Lukman untuk segera melancarkan konfrontasi bersenjata skala nasional untuk mengimbangi kekuatan TNI AD. Sebuah strategi yg sejak lama digembar-gemborkan oleh tokoh PKI Sudisman.

Rasa percaya diri kemudian muncul kembali di hati Aidit, lantaran Oetomo meyakinkan bahwa sebagian besar Batalyon militer di Kota Solo sudah diinfiltrasi oleh pengaruh PKI.
Pengepungan markas Kodam Diponegoro juga didominasi oleh pasukan dari Solo.

Oetomo Ramelan yang sukses membangun kekuatan PKI di Solo, dengan memanfaatkan Lekra dia menyebarkan propaganda PKI. Lewat pertunjukan wayang kulit, Lekra membius masyarakat hingga terbuai fatamorgana komunisme.

Kepada kaum tani Oetomo menjanjikan pembagian tanah gratis. Terhadap kaum buruh dan wanita Oetomo menjanjikan lapangan pekerjaan dengan penghasilan tinggi.

Untuk merealisasikan janji lapangan pekerjaan terhadap kaum perempuan, Oetomo membangun lokalisasi atau rumah bordil di desa Silir.
Para perempuan dipekerjakan sebagai WTS di sana, dari pengelola rumah bordil tsb Oetomo mendapatkan jatah.

Konon bahwa wanita dari lokalisasi Silir juga dikerahkan untuk menservis tokoh dan kolega PKI baik pusat maupun daerah.
Dengan jaminan bahwa setiap WTS yg disajikan telah mendapatkan suntikan penisilin sehingga dianggap aman untuk dinikmati.

Sebagian PSK dari Silir juga dikerahkan untuk menjamu para sukarelawan dan perwira G30S yg sedang bercokol di Lubang Buaya. Sesuai pengakuan para anggota PKI yg membenarkan bahwa ada pertunjukan striptease sejak 30 September 1965 malam hingga 1 Oktober 1965 dini hari.

Upeti yg diterima Oetomo dari bisnis prostitusi Silir digunakan untuk membiayai operasional Lekra dan organisasi underbouw PKI lainnya di Kota Solo.

Sepak terjang Oetomo berakhir ketika Pangdam Diponegoro Brigjen Suryo Sumpeno berhasil mengkonsolidasikan kekuatan TNI AD di Jateng dan mulai memukul mundur kekuatan PKI.
Ditambah lagi dengan hadirnya bala bantuan RPKAD dari Jakarta, membuat lumpuh kekuatan militer PKI.

Hidup Oetomo Ramelan berakhir ketika tertangkap oleh TNI AD yang kemudian menghadiahi berondongan peluru ke tubuh Oetomo.
** dirangkum dari berbagai sumber.

Penulis: Agus S

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.