Ratusan Ingkung Warnai Prosesi Ritual Adat Perti Bumi Di Monggol

Editor : Mas Pay

Gunungkidul ( JMG ),- Dalam rangka lestarikan gelar ritual adat perti bumi ( Rasulan ) yang di gelar pada hari senin pon ( 2/5/2022 ) warga padukuhan Bulurejo Kalurahan Monggol Kapanewon Saptosari, sajikan ratusan ingkung dan lainya, gelar adat ritual tradisi pertibumi tersebut bertempat di balai padukuhan Bulurejo.

Ritual adat perti bumi yang akrab di sebut di kalangan masyarakat dengan sebutan rasulan tersebut merupakan kearifan lokal turun-temurun dari nenek moyang, perti bumi adalah merupakan kearifan lokal sebagai bentuk syukur warga masyarakat terhadap yang Maha Pencipta dan alam semesta, ritual tradisi adat perti bumi tersebut di gelar setiap setahun sekali paska para petani memetik hasil pertanian.

Menurut kepercayaan masyarakat di wilayah tersebut ritual tradisi di gelar selepas lebar panen ( habis panen ) tujuanya adalah untuk mengucapkan rasa syukurnya terhadap Sang Pencipta dan alam semesta, terutama bumi, di mana bumi tempat yang di tempati semua makhluk semesta, kemudian bumi sebagai lahan pertanian di mana bumi di tempati, di olah di cangkul, di injak, di beri sampah, di kredah dengan kerakusan manusia namun bumi tetap memberi nikmatnya welas dan asih sehingga tetap memperlihatkan kearifan dan nikmatnya, sebagai contoh singkat dimana petani menanam sebatang pohon ketela yang berbentuk kayu, tetapi dengan segala kemurahan Sang Pencipta dan alam ciptaanya batang kayu tersebut selang berapa bulan berubah menjadi buah ketela yang siap sebagai bahan pangan bagi umat manusia.

Dengan kemurahan alam tersebut sehingga bumi yang di tempati, selain sebagai tempat tinggal juga merupakan sumber kehidupan sudah selayaknya manusia menjaga dan melestarikan keseimbangan alam tersebut, demikian penggalan singkat dari kearifan lokal ritual tradisi perti bumi.

Menurut Dukuh Samsudi yang merupakan Dukuh padukuhan Bulurejo, bahwa acara ritual adat tersebut di gelar setiap hari senin pon setiap tahunya, tujuanya selain sebagai bentuk syukur terhadap Yang Maha Kuasa juga sebagai bentuk syukur terhadap alam, selain itu sebagai wahana silaturohmi untuk memperkuat persatuan dan kesatuan.

” Harapan saya kedepan masyarakat semakin maju, kompak, bersatu, kemudian di sektor pertanian kedepan hasilnya meningkat sehingga masyarakat semakin sejahtera kecukupan bahan panganya,” kata Dukuh Samsudi.

Sementara sesepuh yang tidak mau di sebut namanya ketika di tanya filosofi, makna dari ingkung tersebut sesepuh yang enggan di sebut namanya tersebut mengatakan kepada media, makna atau filosofi dari ingkung tersebut sebagai gambaran kesucian terhadap umat manusia, konon makna filosofi turun temurun tersebut ingkung yang merupakan gambaran kesucian tersebut di tunjukan dari bahanya, yaitu ayam jantan, kemudian di potong di bersihkan kemudian usus, hati dan lainya setelah di bersihkan kemudian di kembalikan di masukan lagi kedalam ayam yang di belah tersebut kemudian di masak dengan rempah-rempah dan santan, sehingga menebarkan aroma yang luar biasa menggugah selera, makna singkatnya ketika orang itu mau memberi atau shodakoh nek jowo dono weweh, hatinya harus iklas, tidak riak dan sebagainya terutama tidak nggrundel atau gelo, agar perbuatan baiknya menjadi ganjaran yang semerbak pahalanya.

( Mbah Pri )

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.