Editor : De Ola
Bukittinggi, (JMG) – Proyek pembuatan toilet di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Kota Bukittinggi, Sumatera Barat diprotes alumni sekolah itu. Perbuatan toilet diduga terjadi pemborosan.
48 unit toilet baru yang ada dan telah diserahterimakan pada Januari lalu hingga kini tidak kunjung digunakan, dan kini pihak sekolah malah menambah membangun 15 unit toilet baru lagi.
Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Bukittinggi, Edi Kosla, saat memeriksa toilet baru di dua bangunan bertingkat tiga yang baru tersebut mendapati toilet dijadikan gudang.
Gagang pintu toilet terlihat ada yang patah, sementara beberapa wastafel terlihat rusak karena dan meja kursi ditumpuk diatasnya.

Menurut Edi, toilet baru tidak bisa digunakan sesuai fungsinya dan kini dijadikan gudang karena terkendala pasokan air yang tidak masuk ke bangunan baru.
“Sebetulnya kalau kita manfaatkan WC ini cukup semuanya, nggak ada yang pemborosan. Semuanya bisa bermanfaat. Kalau memang ada penambahan pembangunan WC saat ini semuanya ada 15 pintu. Kemudian WC yang sudah ada di sekolah kita dari bangunan-bangunan yang baru ini yang jadi kendala bagi kita sumber air yang kurang. Jadi insyaallah kalau air bisa tercukupi nanti dalam tahun ini bisa kita atasi, yang namanya meja kursi tidak disitu lagi, kita manfaatkan ini semuanya,” turut Edi Kosla.
Sementara, Young Happy, salah seorang alumni SMP Negeri 4 Bukittinggi, menduga adanya pemborosan dalam pembangunan 15 unit toilet baru dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Dinas Pendidikan setempat tersebut.
Menurut aktivis anti korupsi dari Aliansi Rakyat Anti Korupsi (ARAK) tersebut, nilai proyek sebesar Rp. 480 Juta lebih itu mestinya digunakan untuk ketersediaan pasokan air, bukan malah untuk membangun toilet baru.
“Saya melihat itu memang ada pemborosan. Tidak ada perencanaan yang baik dalam pembangunan WC di SMP 4. Saya juga sudah protes itu. 48 totalnya itu tidak berfungsi sama sekali, karena alasannya air. Sekarang dibangun lagi toilet 15 unit di bawah. Percuma saja, mau ditambah 100 juga toiletnya kalau airnya tidak ada kan percuma. Jadi ini memang sudah salah dari awal, dari perencanaan sudah salah. Harusnya bangunan yang terakhir yang 15 unit itu dibuat tempat penampungan air supaya nanti air bisa dinaikkan ke atas,” kata Young Happy menambahkan.
Pihak alumni mengaku sebelumnya telah melayangkan protes terkait hal ini ke Dinas Pendidikan Kota Bukittinggi, yang dinilai tidak bekerja memeriksa pengajuan proyek.
Sementara menurut pihak sekolah, Disdik mengabulkan proyek 15 toilet di SMP Negeri 4 tersebut sebelum 48 toilet sebelumnya selesai dikerjakan. (Jhony)