Atikoh Ganjar Pranowo “Ngapak Bareng” Ketua TP PKK Se Jawa Tengah

Editor : Mas pay

Banyumas (JMG) – Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo menggelar silaturahmi dengan Ketua TP PKK kabupaten/ kota se-Jateng, di Taman Mas Kemambang Banyumas, Jumat malam 12 Mei 2023. Kebetulan, para ketua juga mengikuti acara yang sama, yakni Rakerda Dekranasda Jateng, pada siang harinya.

Pertemuan malam itu benar-benar dimanfaatkan untuk mempererat keakraban. Tak sekadar ngobrol dan foto bersama, mereka juga bernyanyi bersama mengingat saat ini akhir masa jabatan sebagai Ketua Tim Penggerak PKK.

Tak cukup sampai di situ, seusai menyapa para istri Bupati atau Wakil Bupati Se Jawa Tengah, Atikoh mendapat tantangan dari pembawa acara. Yakni, bercerita dengan dialek dan bahasa ngapak, untuk membuktikan Atikoh benar-benar dari Purbalingga. Atikoh pun menjawab tantangan tersebut.

“Inyong jeneng asline Siti Atikoh Supriyanti, tetapi biasane kuwi diundang Atik. Umahe ning kana, mandan adoh, ning ndesa. Angger maring sekolah biasane aku mlaku. Angger esih cilik kae, angger ana udan sepatune tak copot, dadi nyeker. Senengane udan udanan. Tangga-tanggane, kemutan ora, ana talang malah adus nang kana. Iya ngadangi banyu udan. Kiye jaman aku cilik. Nek saiki kiye ora nana. Yen ana udan, hei balik kana, mbokan masuk angin,” ceritanya dengan logat medok ngapak.

Artinya nama asli saya Siti Atikoh Supriyanti, tetapi biasa dipanggil Atik. Rumah saya jauh di desa, waktu kecil berangkat ke sekolah jalan kaki. Kalau hujan sepatunya dilepas. Sukanya hujan-hujanan, sampai tetangga sekarang itu masih ingat, ada talang air malah untuk mandi air hujan. Tapi itu zaman saya masih kecil. Sekarang tidak lagi, ada hujan pasti disuruh pulang, khawatir sakit (Redaksi)

Atikoh mengakui, saat tinggal di Semarang, dia jarang berbahasa Jawa. Penyebabnya, bahasa Jawa Semarangan dan Banyumasan berbeda. Banyak kata yang artinya tidak sama.

“Misalnya jatuh itu ngapaknya gigal, jalan ya gili. Saya beberapa kali ngajak ngomong dengan bahasa Jawa, tapi mereka tidak tahu,” ujarnya sambil tertawa.

Makanya, untuk menghindari kesalahpahaman tersebut, Atikoh memilih menggunakan Bahasa Indonesia dalam komunikasi keseharian di Semarang. Namun, bukan berarti dia melupakan bahasa ngapak. Terbukti, malam itu Atikoh lancar menjawab tantangan yang diberikan.

“Ternyata, ibune asli ngapak,” ujar pembawa acara, yang disambut tepuk tangan dari semua yang hadir.

( Arif 77 )

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.